
Agar Jiwa dan Raga Sehat di Usia Senja, Ikuti Tips Berikut
Semakin lanjut usia seseorang, semakin besar risiko penyakit yang bisa menghampiri. Bahkan, beberapa penyakit kritis acap kali menghampiri orang lanjut usia. Tetapi kabar baiknya, Anda bisa slot77 mencegah penyakit kritis itu dengan menjaga pola hidup yang sehat di usia senja. Ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan agar jiwa dan raga tetap sehat di usia senja.
Baca Juga : Masalah Kesehatan Mental, apakah Hanya Monopoli Gen Z ?
1. Lakukan medical check-up secara teratur
Melakukan medical check-up secara teratur, misalnya setahun sekali, akan memberikan informasi seputar kesehatan tubuh Anda. Berbekal hasil medical check-up, Anda bisa dengan cekatan mengantisipasi kondisi tubuh yang perlu diperbaiki. Hal-hal yang lazim dicek oleh kaum lansia dalam medical check-up ialah:
- Tekanan darah
- Berat badan
- EKG jantung
- Gula darah
- Kolesterol
- Rontgen dada
- Rangkaian tes lipid: kolesterol, trigliserida, HDL, LDL
- dan sebagainya
2. Jalani pola makan seimbang
Indonesia mengenal panduan pola makan seimbang yang dikenal dengan nama Tumpeng Gizi Seimbang. Berbeda dengan panduan “4 sehat 5 sempurna” yang sebelumnya kita kenal, Tumpeng Gizi Seimbang memberikan panduan pola hidup sehat secara keseluruhan, termasuk aktivitas fisik dan kebersihan tubuh. Dalam Tumpeng Gizi Seimbang ini, terdapat panduan pola makan seimbang yang bisa membantu Anda untuk menjaga kesehatan jiwa dan raga saat usia senja:
- Makanan pokok atau karbohidrat: 3-4 porsi dalam sehari
- Buah dan sayuran: 3-4 porsi sayur dalam satu kali makan, 2-3 porsi buah dalam sehari
- Protein hewani dan nabati: 2-4 porsi dalam sehari
- Garam: 4 sdm per hari
- Gula: 1 sdt per hari
- Minyak: 5 sdm per hari
- Air putih: 8 gelas per hari
3. Hindari makanan dengan kolesterol tinggi
Kolesterol terdiri dari tiga macam yakni kolesterol baik atau high-density lipoprotein (HDL), trigliserida, dan kolesterol jahat atau low-density lipoproteins (LDL). Seseorang dikatakan memiliki kadar kolesterol yang baik jika ia memiliki kadar HDL di atas 60 mg/dL, trigliserida kurang dari 150 mg/dL, serta LDL di bawah 100 mg/dL. Semakin bertambahnya usia, Anda sebaiknya menghindari makanan yang bisa meningkatkan kadar HDL atau trigliserida yang bisa memicu penyakit kritis. Makanan yang mengandung HDL dan trigliserida tinggi ini biasanya terdapat dalam:
- Makanan yang diolah dengan cara digoreng
- Makanan yang mengandung lemak seperti kulit ayam, jeroan, dan sebagainya
- Makanan cepat saji
- Daging merah
- Daging bebek
- Kuning telur
- Seafood
- Susu dan turunannya
- dan sebagainya
4. Lakukan olahraga rutin yang Anda sukai
Memasuki usia lanjut tak menjadi halangan untuk tetap berolahraga dan beraktivitas fisik. Beberapa aktivitas yang bisa Anda lakukan misalnya rutin berolahraga, berjalan kaki, melakukan kegiatan fisik seperti berkebun atau menyapu, dan sebagainya. Dalam melakukan aktivitas olahraga, upayakan Anda melakukannya secara rutin minimal 30-60 menit sehari, minimal tiga hari dalam seminggu. Pilihlah olahraga yang Anda sukai agar Anda senang menjalankannya.
5. Memelihara kebersihan tubuh
Memelihara kebersihan diri juga penting bagi semua orang, termasuk para lansia. Pastikan Anda mandi dua kali sehari, menjaga kebersihan mulut dan gigi dengan cara menggosok gigi minimal dua kali sehari, menjaga kebersihan telinga, mencuci tangan sebelum makan atau setelah memegang benda kotor.

Membangun Kesehatan Mental di Kalangan Siswa di Era Digital
Di era digital yang terus berkembang, teknologi telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Berbagai inovasi telah mengubah cara kita berkomunikasi, bekerja, dan menjalani aktivitas. Teknologi membawa dampak positif, seperti kemudahan akses informasi dan konektivitas global. Namun, penggunaan teknologi yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan mental, terutama di kalangan siswa. Dalam konteks ini, konselor memainkan peran penting dalam membantu siswa membangun kesehatan mental yang seimbang.
Pentingnya Kesehatan Mental di Kalangan Siswa
Di tengah tekanan sosial, kemajuan teknologi, dan tuntutan akademis yang semakin tinggi, kesehatan mental siswa menjadi perhatian yang sangat penting. Siswa sering menghadapi stres, kecemasan, dan masalah emosional lainnya. Sebuah studi oleh Royal Society for Public Health menunjukkan bahwa penggunaan media sosial yang https://www.dbspizzawakefield.com/ intensif dapat meningkatkan kecemasan dan depresi di kalangan remaja. Sekitar 70% responden melaporkan perasaan cemas setelah menggunakan platform seperti Instagram dan Facebook.
Menurut laporan dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention) dan WHO (World Health Organization), sekitar 20% anak dan remaja mengalami gangguan kesehatan mental yang signifikan, seperti depresi, kecemasan, dan ADHD. Oleh karena itu, peran konseling di sekolah menjadi sangat penting dalam membantu siswa mengatasi masalah ini dan membangun kesehatan mental yang kuat.
Tantangan Kesehatan Mental yang Dihadapi Siswa
Siswa di era modern menghadapi berbagai tantangan yang dapat memengaruhi kesehatan mental mereka, antara lain:
- Tekanan Akademik
Tuntutan untuk meraih prestasi tinggi dapat menyebabkan stres dan kecemasan terkait ujian dan tugas. - Pengaruh Media Sosial
Media sosial dapat menjadi sumber tekanan sosial, menyebabkan masalah citra diri dan kesehatan mental. - Kecemasan dan Depresi
Faktor lingkungan dan tekanan akademis sering kali memicu kecemasan dan depresi di kalangan remaja. - Cyberbullying
Penyebaran perilaku bullying di dunia maya berdampak buruk pada kesehatan mental siswa. - Isolasi Sosial
Meskipun terhubung secara digital, banyak siswa merasa kesepian, terutama setelah pembelajaran jarak jauh akibat pandemi. - Perubahan Lingkungan Sosial
Transisi dari masa kanak-kanak ke remaja membawa perubahan yang membingungkan bagi siswa. - Ketidakpastian Masa Depan
Siswa sering merasa cemas tentang pilihan karir dan isu-isu global. - Keseimbangan Kehidupan
Menjaga keseimbangan antara akademik, kegiatan ekstrakurikuler, dan kehidupan sosial menjadi tantangan besar. - Keterbatasan Akses ke Sumber Daya
Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap dukungan kesehatan mental dan pendidikan. - Stigma terhadap Kesehatan Mental
Meskipun kesadaran meningkat, stigma terhadap kesehatan mental masih menjadi hambatan bagi siswa untuk mencari bantuan.
Baca Juga : https://shcofbrookwoodgardens.com/menjaga-kesehatan-untuk-meningkatkan-efektivitas-belajar/
Peran Konselor dalam Membangun Kesehatan Mental Siswa
Konselor memegang peranan penting dalam membantu siswa menghadapi tantangan kesehatan mental, terutama yang terkait dengan penggunaan teknologi. Beberapa peran konselor antara lain:
- Mengenali dan Mengatasi Gangguan Mental
Konselor membekali siswa dengan pengetahuan untuk mengenali tanda-tanda gangguan mental terkait teknologi dan mengelola emosi serta pikiran negatif. - Membangun Keseimbangan Digital
Konselor membantu siswa menciptakan keseimbangan antara dunia online dan offline serta mengembangkan kebiasaan digital yang sehat. - Meningkatkan Resiliensi
Konselor mengajarkan siswa untuk mengatasi tekanan dan tantangan dengan mengembangkan ketahanan mental yang kuat. - Kolaborasi Aktif
Konselor bekerja sama dengan orang tua, guru, dan komunitas untuk menciptakan lingkungan yang mendukung kesejahteraan digital siswa.
Metode Konseling untuk Membangun Kesehatan Mental Siswa
Melalui berbagai teknik konseling, konselor berperan dalam memberikan dukungan kepada siswa, seperti:
- Pendengar yang Empatik
Konselor memberikan ruang aman bagi siswa untuk berbagi perasaan dan pengalaman mereka. - Fasilitator Perubahan
Konselor membantu siswa mengidentifikasi pola pikir dan perilaku yang tidak sehat serta mengembangkan strategi untuk mengubahnya. - Pemberi Dukungan
Konselor memberikan dorongan dan motivasi kepada siswa untuk mencapai tujuan kesejahteraan mereka.
Dengan demikian, konselor tidak hanya berperan sebagai penyembuh, tetapi juga sebagai pencegah dan pembimbing dalam menghadapi kompleksitas dunia digital yang semakin berkembang.
Menggunakan Teknologi dalam Konseling Kesehatan Mental
Teknologi juga dapat dimanfaatkan oleh konselor untuk membantu siswa. Misalnya, aplikasi kesehatan mental atau platform daring dapat memberikan akses yang lebih mudah bagi siswa yang mungkin merasa canggung untuk berbicara langsung. Hal ini dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan membuat mereka merasa lebih nyaman dalam mencari bantuan.
Namun, konselor harus terus mengembangkan keterampilan mereka untuk mengikuti perkembangan teknologi dan tren yang muncul, serta mengatasi dampak negatif dari informasi yang salah atau berlebihan yang sering beredar di dunia maya.
Dengan pendekatan yang holistik dan berbasis bukti, konselor dapat membantu siswa membangun ketahanan mental yang kuat dan membantu mereka menghadapi berbagai tantangan di era digital. Kesehatan mental siswa sangat penting untuk memastikan kesejahteraan mereka, dan konselor memainkan peran kunci dalam menciptakan lingkungan yang mendukung serta memperkuat ketahanan mental di kalangan siswa.